Strategi menemukan jati diri penulis itu membutuhkan usaha yang panjang. Sebagai seorang penulis 22 buku yang juga menjadi seorang content writer, copywriter, hingga writing coach, banyak yang bertanya begini, “Reffi, sebenarnya kamu itu penulis apa? Kok semuanya dibuat?”
Personal branding sebagai penulis itu rasanya sudah menjadi sebuah hal yang tidak bisa kita hindari kalau mau mendapat klien atau penghasilan tambahan. Makanya, niche menjadi bagian utama.
Namun, saya sudah menciptakan identitas sebagai penulis yaitu Wordholic.
Saya tidak pernah menyangka jika keputusan ini sulit dipahami orang banyak. Sebenarnya, saya selalu menekankan bahwa niche itu penting, tetapi apakah untuk menjadi penulis, kita tidak bisa membuat niche a la diri sendiri?
Niche Tidak Membatasi Jati Diri
Alasan saya membuat label sebagai Wordholic karena saya tidak ingin dibatasi hanya dari satu hal saja.
Memang, dikenal sebagai penulis dengan satu genre itu lebih mudah dalam membuat branding. Saya pun berusaha mencari dengan mengikuti berbagai kelas menulis baik gratis maupun berbayar. Sampai akhirnya saya menemukan fakta bahwa saya bisa menulis novel, artikel blog, copywriting, menerjemahkan, dan menjadi writing coach.
Lantas siapa saya?
Akhirnya, saya memutuskan untuk tidak ambil pusing. Semua skill yang saya sebut di atas sudah bisa saya lakukan sampai tahap mahir. Kok bisa saya pede?
Ketika kamu ingin mengukur seberapa cukup atau pantas dirimu disebut mahir dalam sebuah bidang, kamu bisa melihatnya dari ciri-ciri di bawah ini:
- Orang mau membayar dengan harga pantas untuk kemampuanmu.
- Kamu tahu apa kelebihan dan kekuranganmu sehingga bisa menolak pekerjaan yang tidak pas dan bekerja dengan cepat untuk hal yang kamu kuasai.
- Kamu mulai dicari calon klien, tidak lagi selalu jemput bola.
- Kamu bisa menghitung durasi ketika menerima pekerjaan.
- Proses revisi pun berjalan cepat dan kamu bisa berkomunikasi dengan klien agar hasilnya lebih akurat.
Nah, kalau dipikir-pikir, dengan beberapa skill yang saya miliki, saya telah:
- Dibayar dengan gaji pantas baik di kantor atau freelance di bidang penerjemahan Jepang-Indonesia.
- Puluhan judul buku baik fiksi dan non-fiksi memenangkan kompetisi atau lolos seleksi di penerbit indie dan mayor.
- Saya telah menyelesaikan ratusan job content writing serta copywriting dari fee belasan ribu sampai jutaan dengan review positif dari klien.
- Banyak calon atau penulis yang meminta saya untuk mengajar privat termasuk komunitas menulis yang meminta saya menjadi mentor.
- Saya bahkan sudah tidak lagi mengejar job di website freelancer dan kini sudah mulai menyeleksi job menulis.
Setelah mengetahui fakta tentang kemampuan saya sendiri, saya pun memutuskan untuk tidak melabeli diri dengna satu genre saja. Istilah Wordholic pun menjadi sebutan yang cocok buat diri saya. Sebagai pecandu kata dan bahasa, saya terus belajar untuk senang-senang sekaligus memikirkan cara untuk menjadikannya sebagai bisnis sampingan yang menguntungkan.
Cara Menemukan Jati Diri Penulis dengan Bahagia
Lantas, bagaimana cara terbaik untuk menemukan jati diri sebagai penulis? Apakah harus mengikuti banyak minat? Pasti, akan jadi lebih lama, dong? Coba saja tiga cara sederhana ini.
Menghubungkan Titik Passion dan Keahlian
Connecting the dots atau kemampuan menghubungkan titik adalah sebuah cara terbaik untuk bisa menemukan jati dirimu.
Apa yang kamu sukai dan apa yang sangat kamu kuasai itu bisa digabungkan menjadi sebuah skill menulis yang profitable.
Contohnya, saya suka menguasai kemampuan menulis dan suka sharing. Apapun ide yang ada di kepala bisa saya bagikan lewat podcast, artikel, sampai celotehan di medsos. Mulai banyak yang bertanya dan minta bimbingan, akhirnya saya bisa menjadi writing coach.
Apa yang saya tulis kemudian saya cari benang merahnya dan saya jadikan silabus. Mulai banyak peserta kelas privat yang mendaftar.
Sekarang, coba analisis dirimu. Kamu sangat pandai dalam hal berkebun dan juga mulai suka menulis? Kamu bisa mulai menuliskan topik itu di medsos atau blog. Tidak suka membuat blog sendiri? Menulislah pendek-pendek di Canva lalu jadikan rangkaian salindia di Instagram atau medsos lainnya.
Meskipun topik berkebun tidak menjadi topik idaman di blog atau bahasa lainnya tidak ngetren, justru hal-hal yang sangat kamu kuasai ini bisa menjadikanmu ahli bagi orang lain.
Masa Bodoh dengan Tren
Tidak perlu takut ketinggalan tren. Walaupun yang sedang ngetren adalah konten terkait traveling dan digital marketing lalu kamu keahliannya ternak ikan lele sampai menghasilkan, menulis tentang budidaya ikan bisa menjadi jalan.
Kalau kamu suka traveling, tapi belum bisa jalan-jalan ke luar negeri, buat saja tulisan tentang warung angkringan favoritmu, kedai kopi yang enak menurut seleramu, museum yang ada di kotamu. Tinggal atur angle dan ambil foto dari sudut yang menarik saja. Bisa jadi kamu bisa membuat niche ‘Street Travel Story’, misalnya.
Eksplorasi dengan Kepekaan
Kamu masih belum tahu apa yang ingin kamu tajamkan? Lakukan eksplorasi dengan batas waktu. Seperti pengalaman saya sempat ingin serius di dunia cerpen dan mengirim naskah ke surat kabar. Ternyata, walaupun saya sudah ikut kelas, saya tidak punya persistensi menulis dan mengirim naskah.
Akhirnya, saya fokus di menulis novel, blog, dan copywriting. Tiga hal itu menjadi bidang kepenulisan yang saya maksimalkan untuk menjadi cuan dan branding. Saya fokus mempelajari satu topik tertentu secara serius minimal 6 bulan. Nanti, saya evaluasi apakah ini bisa dilanjutkan atau hanya sekadar sebagai hobi selintas agar tidak bosan menulis.
Tidak perlu merasa rugi karea tidak berhasil menguasai sebuah subyek. Berpikirlah seperti seorang pebisnis. Ada kalanya kamu harus melakukan pivot, berganti arah atau menghentikan usaha tertentu untuk bisa mengevaluasi strategi.
Kamu juga bisa menggabungkan proses pencarian jati diri lewat journaling dan kembangkan menjadi personal branding. Penasaran? Gabung aja di kelas ‘From Journaling to Profit Writing’ minggu ini pada 27 April 2024. Ada rekaman Zoom-nya dan grup WhatsApp diskusi kalau kamu ketinggalan sesi Live. Cek landing page kelas di sini, kamu juga bisa mendaftar, ya.
Strategi menemukan jati diri sebagai penulis ini tidak perlu kamu lakukan dengan terburu-buru. Lakukan saja dengan bahagia dan tidak usah kamu iri dengan pencapaian orang lain. Be Yourself! (Baca Juga: Cara Menentukan Niche)
- Ide Personal Branding Penulis Dari Buku ‘You Are The Brand’ – September 8, 2024
- Cara Mencari Jenis Ide Konten Agar Blog Tetap Disukai – September 7, 2024
- Di Balik Content Writing Master yang Terbit di Cabaca – September 1, 2024
Leave a Reply