Storytelling merupakan salah satu alat yang sangat efektif untuk membangun personal branding karena manusia secara alami cenderung tertarik pada cerita. Ketika kamu memberikan storytelling copywriting formula secara tepat, kamu bisa menyusun konten dengan sudut pandang unik.
Setiap konten harus punya tujuan. Kamu tidak hanya membuat tips dan konten edukasi saja, selipkan cerita agar sisi humanisme branding berjalan lebih kuat.
Mengapa Storytelling Penting Untuk Personal Branding?
Ada beberapa alasan mengapa storytelling penting dalam membangun personal branding.
Membangun Kedekatan Emosional
Cerita atau storytelling memungkinkan kamu untuk berbagi pengalaman pribadi, tantangan, dan pencapaian dengan audiens. Ini membantumu menciptakan koneksi emosional dengan mereka, karena cerita dapat memicu empati dan rasa persamaan.
Seperti saat saya bercerita mengenai kesalahan tidak backup artikel hingga ketika blog pindah domain, hilang semua. Dari kisah tersebut, pembaca pun tahu meskipun saya sudah lama ngeblog, ternyata ada juga kesalahan yang bisa saya lakukan karena kurang teliti, tetapi saya tetap menulis dan tidak putus asa.
Pembaca atau target audiens tidak lagi merasa jauh dengan brand yang kamu buat. Mereka pun jadi tahu kalau kamu pernah berada di posisi awam atau pemula seperti mereka. Inilah tujuan utama dari storytelling.
Menggambarkan Value dan Brand Identity
Dengan menceritakan caramu mengatasi hambatan, mengembangkan keterampilan, atau mencapai tujuan, kamu bisa menggambarkan nilai-nilai dan value-mu. Orang akan lebih mudah mengingat dan mengaitkanmu dengan kualitas-kualitas yang kamu tampilkan melalui cerita-cerita tersebut.
Contoh, kamu punya value bahwa sebagai penulis kamu tidak hanya peduli pada penjualan buku, tetapi juga menghargai kondisi mental diri. Maka kamu bisa mulai membuat konten pengalaman penulis yang penuh suka duka. Kamu pun terlihat memiliki sisi yang tidak selalu kelihatan sempurna.
Membedakan Diri dari Orang Lain
Setiap orang memiliki kisah uniknya sendiri. Dengan menceritakan cerita-cerita yang hanya kamu miliki, kamu dapat membedakan diri dari pesaing atau individu lain dalam industri atau bidang yang sama. Ini membantumu menciptakan citra yang lebih khas dan menarik.
Kita umpamakan ketika dua orang sedang pergi ke kebun binatang, apa yang ada di pikiran kita? Kamu juga bisa saja tertarik dengan panda, tetapi pengunjung lainnya hanya fokus pada panas dan lingkungan kebun binatang yang terlalu ramai. Unik tidak harus benar-benar berbeda. Ini terkait dengan caramu dalam mengolah konten.
Meningkatkan Loyalitas
Cerita yang baik dapat menginspirasi, menggerakkan, dan memotivasi orang untuk bertindak. Kamu dapat menggunakan storytelling dalam personal branding untuk mempengaruhi audiens agar melakukan tindakan tertentu, seperti berlangganan, membeli produk atau layanan, atau berinteraksi dengan kontenmu.
Untuk membangun personal branding yang kuat, kamu perlu memilih cerita-cerita yang relevan dengan nilai-nilai, pencapaian, dan tujuanmu. Kamu juga harus menyebarkan cerita-cerita ini secara konsisten melalui berbagai media, seperti media sosial, situs web pribadi, dan acara publik.
Semakin kuat dan otentik cerita-cerita tersebut, semakin besar dampaknya terhadap citra dan personal branding atau untuk bisnismu.
Storytelling Copywriting Formula
Copywriting dan storytelling dapat dihubungkan karena keduanya merupakan elemen penting dalam komunikasi pemasaran dan branding. Jangan bersedih jika kamu masih pemula. Tetaplah menulis sesuai dengan insting bisnismu.
Menggunakan Narasi dalam Copywriting
Copywriting melibatkan penulisan teks yang bertujuan untuk mempengaruhi audiens agar melakukan tindakan tertentu, seperti membeli produk, mendaftar, atau berlangganan. Kamu perlu membuat kata pembuka dan Headline yang pas untuk calon pembaca.
Ceritakan awal saat kamu sedang kesusahan atau berjuang. Terus gali apa yang kamu mau dan sesuaikan dengan budaya yang ada di rumah kalian.
Menyusun Plot dan Karakter Sesuai Target Audiens
Sebuah rencana storytelling harus kuat seperti sedang menulis novel. Jika kamu semakin akrab dan kenal dengan apa yang menjadi masalah target audiens, kamu bisa merencanakan plot serta gali lebih dalam apa saja yang ada di sana.
Pahami target audiens seolah kamu sedang mengulik karakter fiksi yang punya tujuan dan impian berbeda. Ketahui apa rasa takut, sedih, atau tidak ingin ketinggalan zaman yang bisa menjadi pemantik emosi pembaca.
Membuat Konflik dan Solusi
Namun, penting untuk diingat bahwa copywriting dan storytelling memiliki perbedaan dalam pendekatan dan fokus. Copywriting lebih berfokus pada persuasi dan konversi, sementara storytelling cenderung lebih pada membangun koneksi emosional dan mengkomunikasikan cerita.
Konflik ini bisa kamu kira-kira dan ngobrol denga orang-orang sektar yang termasuk dalam target audiensmu.
Susun Cerita Ala 3 Babak
Sudah ada kelengkapan formula di atas? Kamu mulai susun draft strateginya. Tentukan pembuka-isi-penutup. Pembuka ini bisa berupa gambar, tulisan, atau desain lainnya. Apa benefit buat target audiens yang bisa kamu berikan lewat produkmu?
Awali dengan Headline yang memberi dampak langsung ketika kita melihatnya. Kemudian, kamu bisa menyisipkan rangkaian masalah yang dihadapi target audiens. Pada bagian penutup, berikan CTA sederhana yang bisa menarik banyak orang.
Bagaimana? Sudah jelas, ya? Apakah kamu ingin menggunakan storytelling copywriting formula untuk konten lainnya? Langung saja dicoba dan jangan lupa untuk terus mampir di konten saya lainnya, ya.
(Baca Juga: Cara Membangun Personal Branding Content Writer)
.
- Ide Personal Branding Penulis Dari Buku ‘You Are The Brand’ – September 8, 2024
- Cara Mencari Jenis Ide Konten Agar Blog Tetap Disukai – September 7, 2024
- Di Balik Content Writing Master yang Terbit di Cabaca – September 1, 2024
Leave a Reply