←back to Blog

Niche Personal Branding Bisa Menarik Klien Menulismu

niche personal branding

 

“Saya butuh konten yang sangat menarik supaya bisa menarik klien menulis.” Kalimat itu tidak sepenuhnya salah, sih, tetapi dari pengalaman saya menulis blog sejak 2013, niche personal branding juga bisa menarik klien. 

Ada banyak sekali yang saya sukai ketika awal membuat blog wordholic.com. Saya menggabungkan fiksi dan non-fiksi di dalam blog sampai akhirnya saya tahu jika blog sebaiknya untuk artikel saja. Saya belum punya niche spesifik sampai akhirnya saya menemukan hal-hal yang saya sukai dan melabeli diri sebagai seorang Wordholic.

 

Blogger Wajib Punya Niche?

Kalau berbicara sebagai blogger pemula, jawaban saya tidak harus. Namun, ingat ini pendapat saya pribadi. Menulis untuk mendapatkan profit bagi satu penulis bisa jadi tidak sama dengan proses penulis lainnya. Saya sudah membuktikannya. 

(Baca Juga: Apakah Blog Butuh Niche?)

Saya mencoba untuk fokus dengan menulis beberapa artikel hingga menemukan beberapa kategori yang cocok untuk saya. Kategori yang saya gunakan untuk blog wordholic.com adalah Opini, Tips, Review, Travel & Food, dan Life Story. Saya menuliskan hal-hal yang menginspirasi sampai akhirnya saya menemukan hal menarik.

Blog tanpa niche pun bisa mendatangkan klien apalagi kalau hal-hal yang kita tulis memang benar-benar kita sukai atau kuasai. 

Apakah saya menguasai kelima topik tersebut? Saya tidak menguasainya, tetapi saya suka mencoba banyak hal dan ternyata tidak jauh-jauh dari lima kategori yang sudah saya buat di blog. 

 

Namamu Itulah Jaminannya

Sebagai penulis dengan blog tanpa niche khusus, saya menjalani keasyikan menulis selama beberapa tahun. Lalu, saya juga mulai menerbitkan buku fiksi serta non-fiksi melalui hasil seleksi atau menang lomba di penerbit indie dan mayor. Jalan untuk mendapatkan klien cukup unik.

Saya mulai dari mendaftar di projects.co.id sebagai content writer dan penerjemah. Tentu saja, ketika mendaftar job di website tersebut, saya terkadang menerima job yang tidak seberapa saya suka. Alasan saya mendaftar karena fee-nya lumayan. Selain itu, content writer itu berbeda dengan blogger. Kita mendapat brief dari klien dan menulis sesuai jiwa dari brand yang diusung. 

Nama saya menjadi jaminannya. Perlahan, mulai ada klien-klien yang meminta job jangka panjang atau repeat order karena puas dengan hasil tulisan saya. Mereka juga membaca blog saya. Ini bukti kalau sebagai penulis, jumlah followers bukanlah hal yang membuat saya mendapatkan klien baru.

 

Passion Disebarkan Lewat Cerita

Setelah fokus memiliki job sampingan sebagai freelance writer, mulai ada tawaran baru yang tidak pernah saya duga yaitu menjadi writing coach dan mindset shifting coach. Dua topik tersebut kelihatannya berseberangan, ya. Namun, melihat saya selalu mendapatkan klien dan waiting list lumayan penuh dari 2021 hingga bulan ini saya menulis artikel, menunjukkan bahwa saya memang memiliki hal yang dibutuhkan klien.

Saya mulai diminta untuk menjadi writing coach komunitas literasi atau profesi sejak 2018. Baru pada 2019 saya membuka Wordholic Class. Sebelumnya, saya berusaha untuk membuat konten hampir tiap hari untuk promosi kelas, tetapi rasanya kok malah kurang fun, ya?

Akhirnya, saya memilih untuk bercerita dengan gaya santai tentang apa yang saya pelajari kemudian hasil pengamatan tentang aktivitas sebagai penulis hingga mindset shifting. Eh, ternyata peserta mulai bertambah dan malah mulai berdatangan klien yang ingin mengikuti kelas privat. Instastory dan WhatsApp menjadi media yang paling sering saya gunakan untuk bercerita lewat teks. 

Dari situlah akhirnya saya mulai menemukan klien-klien dari berbagai kota dan pulau yang ingin belajar mengubah mindset. Saya tidak perlu menjadi kreator konten tiap hari. Seminggu dua atau tiga kali membuat konten di feed utama sudah oke. Fokus membagikan value, bukan mengejar angka follower.

 

Ketahui Dirimu Dulu

Kamu harus tahu kamu ini ingin dikenal sebagai penulis seperti apa. Apakah kamu seorang penulis yang juga suka memasak? Ceritakan hobimu di Instastory atau buat video saat mengolah masakan yang diberi rangkaian subtitle berisikan tips menulis misalnya. 

Saya suka jalan-jalan, membaca buku, menonton film, dan juga bercerita lewat podcast. Saya berbagi cerita di Instastory lalu menuliskannya di blog. Tulisan tidak lagi dibatasi dengan satu jenis, ini menjadi produk saya.

Kamu harus mengetahui keunikanmu dan apa saja yang ingin kamu ceritakan. Bayangkan, kamu ingin dikenal seperti apa dan sebagai apa oleh pembaca? Inilah kunci branding-nya, bukan hanya sekadar mengunggah konten di medsos.

 

Niche personal branding menjadi kunci agar kamu mendapat klien yang mempercayai tulisanmu. Kamu bisa menulis tentang apa saja. Lalu temukan jenis tulisan apa yang paling mudah dan sering kamu buat. Jangan pernah berhenti untuk terus menggali potensi diri.

Reffi Dhinar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *