Saya sering mendapat pertanyaan tentang bagaimana cara menjaga keseimbangan hidup buat penulis dan pekerja? Zaman sekarang, IRT pun bisa bekerja di rumah tidak harus kantoran. Jadi, permasalahan bagi yang ingin menghasilkan uang dari menulis itu selain soal manajemen waktu jelas dari life balance.
Keseimbangan hidup itu pasti menjadi idaman bagi semua orang. Apalagi di tengah maraknya masalah mental health yang bisa membuat orang depresi dan kehilangan semangat, maka bekerja bagai kuda sampai pingsan bukan lagi menjadi hal seksi. Di mata saya, kerja keras berlebihan seperti zalim sama diri sendiri.
Akhirnya, di tengah acara jalan-jalan saya kemarin, saya membuat siaran langsung di instagram dan menjabarkan cara saya menjaga keseimbangan hidup.
Ketahui Prioritas
Sebelum mulai mengatur jadwal menulis, kamu harus tahu dulu prioritas hidupmu sekarang apa. Prioritas hidup saya ketika masih menjadi anak kuliahan semester akhir dan ketika mulai bekerja jelas jauh berbeda, apalagi bagi yang sudah punya keluarga.
Di awal masa menulis, saya masih menjadi anak kuliahan yang hanya menyisakan 2 SKS dan skripsi. Makanya, saya bisa memiliki waktu 50% untuk menulis artikel. Waktu itu, saya hanya mendapat uang tambahan dari menulis artikel dan menjadi penerjemah Jepang-Indonesia.
Setelah lulus dan menjadi pekerja, prioritas saya bergeser. Saya harus belajar menjadi penerjemah lapangan dan juga adaptasi dari anak kuliahan menjadi karyawan. Prioritas utama saya tentu saja 50% untuk bekerja, 30% buat menulis, 20% untuk orang tua yang saya temui tiap akhir pekan.
Namun, saya sempat mencoba hal yang salah. Saya ingin menyamakan posisi waktu menulis sama seperti ketika masih kuliah. Akhirnya, di sela jam istirahat kantor, bukannya rileks, saya gunakan untuk menulis atau riset artikel. Sepulang dari kantor, saya bisa mengetik sampai malam di kos. Akibatnya, saya burnout dan muak melihat laptop sampai cedera otot tangan kiri karena capek mengetik berlebihan.
Prioritas hidup orang berbeda-beda. Kalau sekarang kamu fokus pada pertumbuhan anak-anak, tidak apa menjadikan itu sebagai perhatian utama, baru kita masuk tips kedua untuk menyesuaikan waktu menulismu.
Saya yang masih belum berkeluarga tentu tidak bisa menyamakan ritme dengan ibu bekerja yang mengurus buah hati juga. Jangan pernah berusaha menyamakan diri dengan orang lain, ya. (Baca Juga: Cara Mengatasi Writer’s Block)
Selipkan Menulis di Tengah Aktivitas
Nah, setelah tahu apa saja prioritas utamamu, selipkan waktu menulis yang paling pas di tengah ritme harian. Catat semua kegiatan utama, lalu analisis kapan kamu punya waktu yang sangat luang untuk menulis.
Proses menulis pun bisa saja tidak tiap hari. Misalnya, Senin-Selasa adalah waktu 15 menit untuk baca artikel atau buku untuk menambah wawasan ide tulisanmu. Rabu sampai Jumat kamu luang 15 menit untuk membuat outline sampai menulis draft pertama.
Metode seperti itulah yang saya gunakan sehingga saya masih bisa sempat menulis artikel blog seminggu dua kali di Kinkaku.my.id ini dan juga jalan-jalan. Yang tahu ritme hidup itu dirimu sendiri.
Maksimalkan Gawai
Tidak ada wakut mengetik atau menulis ide di jurnal? Gunakan gawai. Saya biasanya akan merekam ide tulisan lalu setelah di rumah, rekaman saya putar sambil membuka aplikasi Speech to Text. Aplikasi tersebut akan mentranskripsi apa yang saya ucapkan.
Memang, transkripsi tidak 100% sama dengan kalimat yang benar, setidaknya ini membantu saya 30% untuk membuat draft kasar. Sisanya tinggal saya rapikan dan saya poles lagi sambil mendengarkan rekaman.
Kamu sedang jalan-jalan? Rekam pengalaman menarikmu secara kronologis, lalu tuliskan di blog sebagai catatan perjalanan. Video itu juga bisa menjadi bahan untuk konten yang mau kamu buat untuk personal branding.
Goal Menulis Spesifik
Saya adalah seorang penulis multipassion, tetapi untuk menambah skill, saya selalu punya goal spesifik dalam periode waktu tertentu. Kalau kamu berusaha menguasai banyak hal secara bersamaan, maka tidak akan ada yang menjadi keahlian tajam kecuali kamu memang jenius dan bisa memahami dalam waktu super singkat.
Pada 2014-2017, saya fokus belajar ngeblog yang beriringan dengan artikel SEO Friendly. Di sela waktu, saya menulis novel. Kecepatan menulis artikel semakin besar, makanya saya bisa menulis novel untuk kompetisi.
Setelah blog makin lancar, saya belajar copywriting secara serius pada 2019 sampai punya klien. Setelah Wordholic Class saya buat, 2020-2021 adalah periode untuk memoles kemampuan saya sebagai writing coach hingga mendapatkan klien pertama.
Kalau dilihat dari periode saya memoles skill, saya tidak pernah mencampur adukkan proses belajar dalam satu waktu. Akan ada masanya masing-masing.
Sekarang, saya sedang serius belajar digital marketing. Jadi, saya tidak menulis novel lagi atau buku baru, tetapi masih ada buku terbit setiap tahun karena saya tiap tahun mencicil naskah baru. Santai saja, tahu-tahu sudah ada 22 judul buku terbit dari hasil seleksi indie atau mayor. (Baca Juga: Tips Menjadi Freelance Copywriter)
Atur Ekspektasi
Tidak perlu iri dengan pencapaian penulis lain. Buatlah standar kesukesanmu sendiri. Seperti di tahun ini memang saya kalah lomba menulis novel, tapi saya senang karena naskah saya dua tahun lalu sedang proses terbit digital di penerbit BIP. Saya memang belum punya buku cetak di penerbit mayor, baru digital, tetapi saya punya klien yang sangat senang dengan kelas-kelas menulis saya.
Apa yang saya pelajari menjadi manfaat buat orang lain. Selain dapat cuan, saya juga merasa bahagia karena ilmu saya bermanfaat. Andai saya hanya fokus dengan melihat novel teman penulis sudah difilmkan, meratapi karier menulis saya yang tidak secemerlang itu, yang ada malah tidak berproses.
Bisa saja minggu ini jadwal menulismu hanya seuprit karena ada banyak kegitaan tidak terduga yang menyita perhatian, itu tidak masalah. Istirahat, cek jadwal kegiatan, mulai menulis lagi, kecuali kamu punya klien makanya kamu harus tepat waktu apapun kondisinya selama itu memungkinkan.
Keseimbangan hidup buat penulis yang juga sibuk bekerja atau punya agenda utama lain pasti unik untuk tiap orang. Tidak ada hal yang mutlak benar. Ketahui pola hidup, analisis jadwal yang pas untukmu menulis, tentukan tujuan spesifik, dan berkembanglah secara pasti dengan percaya diri. Coba ikuti online course Magic Wordpreneur di sini supaya kamu bisa menjadi penulis bahagia, dapat cuan, dan tidak mengganggu pekerjaan utama.
- Ide Personal Branding Penulis Dari Buku ‘You Are The Brand’ – September 8, 2024
- Cara Mencari Jenis Ide Konten Agar Blog Tetap Disukai – September 7, 2024
- Di Balik Content Writing Master yang Terbit di Cabaca – September 1, 2024
Leave a Reply