←back to Blog

Perbaiki False Belief Target Audiens dari Film

Ada yang sudah menonton film ‘Jatuh Cinta Seperti di Film-Film’? Film komedi romantis ini dikemas dengan apik meskipun menggunakan premis sederhana yaitu tentang kisah cinta dua insan di usia akhir 30-an dengan liku-likunya. Selain belajar bagian skenario, saya juga menemukan topik false belief target audiens yang bisa dibedah dari film ini.

Seorang content writer atau copywriter yang ingin membangun personal branding, perlu tahu false belief apa dari target audiensnya dan bisa memberi solusi untuk mengubah mindset mereka.

 

Apa Itu False Belief?

False belief adalah sebuah kesalahan anggapan atau pola pikir dari seseorang yang terjadi karena kesalahan dalam memahami sesuatu. Contohnya, kamu pikir kalau target audiens akan paham dengan produk yang kamu review, tetapi kenyataannya mereka tidak mengerti karena gaya bahasamu tidak sesuai target audiens.

Kesalahan ini bisa terjadi karena kamu kurang riset, hanya bermodalkan pengalaman lama yang bisa saja berubah di situasi terkini, dan tidak mau membuka diri dengan perkembangan informasi terbaru. Jika ini terjadi, usahamu dalam membangun branding pun berakhir sia-sia.

Kenapa bisa saya sebutkan jika kita bisa belajar memperbaiki false belief dari “Jatuh Cinta Seperti di Film-Film’? Tenang saja, jika kamu belum menonton, tulisan ini tidak akan ada spoiler, kok.

Tokoh Bagus dalam film yang diperankan oleh Ringgo Agus Rahman berperan sebagai penulis skenario yang ingin memikat Hana (Nirina Zubir). Mereka punya perbedaan pandangan soal cinta dan perasaan melepaskan.

Bagus punya anggapan bahwa seharusnya seseorang bisa menjalin hubungan cinta lagi setelah kehilangan pasangannya (entah karena bercerai atau meninggal). Hana punya pendapat berbeda. Ia yakin jika cinta yang besar hanya bisa untuk satu orang saja, terlebih lagi di usianya yang sudah menginjak awal 40-an.

Lewat perjalanan plotnya, Bagus dan Hana mengalami intrik yang menggugah pikiran serta perasaan. Sekarang, mari kita masuk ke dalam pembahasan bagaimana caranya kita memperbaiki false belief agar tidak salah dalam merencanakan strategi personal branding sebagai freelance writer.

 

Tips Memperbaiki False Belief untuk Target Audiens

Nah, salah satu bagian konflik dari film ini adalah karakter Bagus seorang penulis skenario yang menyusun naskah dari perempuan yang sedang ditaksir, Hana. Dalam film, Bagus menjelaskan mengenai ‘false belief’ dari Hana.

Dari POV si Bagus, pemikiran Hana yang bilang jika di usia menjelang 40 itu akan sulit jatuh cinta lagi sebagai pemikiran keliru, ‘false belief’. Ini menjadi salah satu konflik karena Bagus terkesan sok tahu dengan perasaan Hana. Tujuan Bagus untuk memikat Hana pun jadi terhambat.

Supaya kamu nggak jadi penulis yang salah pemahaman seperti Bagus, kamu bisa melakukan beberapa tips di bawah ini.

Pelajari Target Audiens Secara Mendetail

Kamu harus benar-benar mengenali siapa, masalahnya apa, dan perubahan apa yang ingin dialami target pembacamu. Jangan mengandalkan asumsi seperti tokoh Bagus. Kamu bisa menyebarkan form kuisioner, bertanya langsung di medsos atau dunia nyata, hingga riset mendalam di semua platform online.

Semakin spesifik target audiensmu, kamu juga harus berusaha menggali masalah apa yang paling mengganggu perasaan dan pikiran mereka. Intinya, jangna menjadi dukun yang mencoba membaca pikiran tanpa tahu dengan detail.

Kendalikan Ego

Oke, kamu punya skill menulis yang mumpuni dan riset komprehensif, tetapi hindari sikap tinggi hati dan ekspektasi tinggi terutama di awal karier menulismu. Tokoh Bagus merasa benar hingga ketulusannya kalah dengan ego.

Tumbuhkan sikap tulus dan rasa ingin berbagi lewat tulisanmu. Maka, kamu pasti akan berusaha mencari topik tulisan untuk memberi solusi atau menginspirasi pembaca. Coba cari di kolom pertanyaan yang muncul di Google Search atau berselancar di Quora. Kamu bisa menemukan pertanyaan utuk kamu jawab lewat kontenmu.

Evaluasi

Setelah mengetahui kesalahannya, Bagus mencoba untuk melakukan perbaikan di langkah selanjutnya demi mendapat maaf dari tokoh Hana. Kalau kamu sudah telanjur memiliki false belief dan tahu kalau kontenmu kurang powerful, kamu bisa melakukan evaluasi dan perbaiki di konten berikutnya. Tidak apa-apa gagal sekarang, selanjutnya tinggal baguskan kualitasnya.

 

Semoga konten di atas bisa memberikan pencerahan terkait false belief target audiens yang bisa kamu perbaiki sebagai penulis yang sedang membangun branding, ya.  (Baca juga: Membuat Halaman About Me Blog Menarik)

 

Reffi Dhinar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *